Tahapan Proses Pengalengan
Pada
dasarnya prinsip-prinsip pengolahan dalam pengalengan, baik dilakukan
di rumah maupun di pabrik ternyata sama saja. Tahapan pengalengan
terdiri dari :
Penyiapan wadah, penyiapan bahan mentah, pengisian ke dalam wadah, dan proses pengalengan.
Penyiapan Wadah
Penyiapan wadah terdiri dari proses :
1. Pembersihan wadah sebelum dipakai
Wadah perlu dicuci terlebih dahulu, dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air pencuci.
2. Pemberian kode
Pada
wadah perlu diberikan kode tentang tingkat kualitas bahan yang diisikan
, tanggal, tempat, dan nomor dari batch pengolahan. Hal ini perlu
dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan jika ada suatu kerusakan atau
kelainan yang terjadi pada produk akhir yang dihasilkan.
Penyiapan Bahan Mentah
Penyiapan bahan umumnya terdiri dari pemilihan/sortasi dan grading, pencucian, pengupasan atau pemotongan bahan mentah
1. Pemilihan (Sortasi/Grading)
Dipilih
bahan yang masak optimal untuk buah-buahan dan bahan yang berkualitas
untuk sayuran, daging atau ikan. Sortasi dan grading dapat dilakukan
berdasarkan ukuran/diameter, berat jenis atau warna.
2. Pembersihan (Washing)
Pembersihan
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku; dapat
dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin untuk sayur- sayuran
dan buah-buahan, dan menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan
untuk daging dan ikan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam
atau menyemprot bahan dengan air.
3. Pengupasan
Tujuan
pengupasan ialah membuang bagian-bagian yang tidak dapat dimakan dan
tidak diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat atau
busuk, dll. Pengupasan dapat dilakukan dengan :
• Pisau (Sebaiknya stainless steel)
• Secara mekanis
• Larutan alkali (lye peeling)
Konsentarsi
larutan alkali (NaOH) yang dipakai tergantung dari jenis dan tingkat
kematangan bahan, umumnya sekitar 1,5 – 2,0 %. Pada cara pengelupasan
dengan larutan NaOH, bahan biasanya direndam dalam larutan tersebut,
kemudian dicuci dengan air yang telah ditambah asam.
4. Blansing
Dilakukan
pada sayur-sayuran dan buah-buahan. Blansing dapat dilakukan dengan
merendamnya sebentar dalam air mendidih atau dengan uap air panas,
kemudian diikuti dengan pendinginan dalam air. Umumnya untuk bahan yang
dibekukan dilakukan dengan uap air panas, sedangkan pada bahan yang akan
dikalengkan digunakan blansing dengan cara perendaman dalam air panas.
5. Penambahan Bahan Tertentu
Larutan garam dengan konsentrasi 1- 3 % sebagai media untuk sayur-sayuran, daging, dan ikan
Minyak dipakai untuk pengalengan ikan
Larutan sirup (sukrosa atau glukosa) untuk pengalengan buah-buahan
Pengisian (Filling)
Pengisian
bahan ke dalam wadah (kaleng atau botol) harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian
bahan jangan terlalu penuh dan harus disisakan tempat kosong di bagian
atas wadah (” head space “). Volume head space tak lebih dari 10 % dari
kapasitas wadah. Gunanya head space adalah supaya waktu proses
sterilisasi masih ada tempat untuk pengembangan isi. Pengisian bahan
dilakukan dengan tangan atau mesin. Besar ” head space ” dalam wadah
sangat penting. Bila terlalu kecil akan sangat berbahaya, karena ujung
kaleng akan pecah akibat pengembangan isi selama pengolahan. Bila head
space tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun, dengan demikian
waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila ” head space ” terlalu
besar, udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak,
sehingga dapat menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan yang
dikalengkan.
Dalam
pengalengan buah- buahan, kaleng diisi dengan buah-buahan dahulu,
kemudian ditambahkan larutan gula; konsentrasinya berbeda-beda
tergantung dari jenis buah dan kualitas produknya. Buah-buahan yang
sudah manis menggunakan larutan gula yang lebih encer. Demikian pula
untuk menghasilkan produk dengan kualitas lebih rendah dipakai larutan
gula yang encer, sedangkan untuk kualitas baik dipakai larutan kental.
Dalam pengalengan buah-buahan, sirup berfungsi sebagai :
-
Bahan pemanis
-
Pemberi flavor
-
Mengurangi rasa asam
-
Membantu dalam pengawetan bahan, karena sifat osmotiknya.
-
Mengusir udara dan gas dari wadah dan bahan serta mengurangi tekanan selama pengolahan
-
Pada beberapa bahan pangan misalnya apel dapat mencegah pencoklatan
Untuk
pengalengan sayuran, digunakan larutan garam. Penambahan garam ke dalam
wadah dapat berbentuk larutan garam atau tablet garam, kemudian
ditambahkan air secukupnya untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan.
Proses Pengalengan
Terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Pembuangan Udara/Penghampaan / (Exhausting)
2. Penutupan Wadah (Sealing)
3. Sterilisasi (Processing)
4. Pendinginan (Cooling)
1. Pembuangan Udara/Penghampaan/Exhausting
Sebelum wadah ditutup, biasanya dilakukan penghampaan/exhausting untuk memperoleh keadaan vakum parsial.
Tujuan penghampaan:
Untuk memperoleh keadaan vakum dalam wadah yaitu dengan jalan mengeluarkan udara terutama oksigen (O2) yang ada dalam head space
-
Maksud penghampaan :
-
Mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan dalam wadah pada waktu sterilisasi
-
Mengeluarkan O2 dan gas-gas dari makanan dan kaleng
-
Mengurangi kemungkinan terjadinya karat atau korosi
-
Agar tutup kaleng tetap cekung
-
mencegah reaksi oksidasi yang dapat menimbulkan kerusakan flavor serta kerusakan vitamin, misalnya vitamin A dan vitamin C
Udara
dan gas yang dikeluarkan dari isi kaleng ditampung dalam head space
yaitu ruangan antara tutup wadah dan permukaan bahan. Head space ini
perlu untuk menampung gas-gas yang timbul akibat reaksi-reaksi kimia
dalam bahan dan juga agitasi (pengadukan) serta isi kaleng selama
sterilisasi.
Penghampaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
1. Exhausting termal
Wadah
yang telah diisi bahan dipanaskan untuk mengeluarkan gas-gas, baru
ditutup. Hal ini dimungkinkan karena daya larut udara pada suhu tinggi
dalam head space rendah, sehingga akan keluar bersama-sama dengan uap
air. Wadah akan diisi oleh uap air. Pada pendinginan kembali, uap air
dalam head space akan mengembun kembali, dan terjadilah keadaan vakum.
• Cara pengisian panas-panas.
Bahan makanan dipanaskan sampai 71 – 82 oC, kemudian diisikan panas-panas ke dalam wadah dan langsung ditutup.
• Secara mekanis menggunakan pompa vakum
•
Dengan cara menginjeksikan uap air panas ke dalam head space untuk
menggantikan udara dan gas-gas, selanjutnya wadah ditutup, lalu
didinginkan agar uap air mengembun dan terjadi keadaan vakum.
• Kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
Metode
mana yang dipilih, tergantung dari sifat-sifat produknya; untuk sayur
sayuran biasanya digunakan exhausting termal, sedangkan untuk juice
tomat digunakan cara pengisian panas-panas. Cara menentukan suhu kaleng
dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan cara penghampaan dapat dilihat pada
Gambar 6.7.
2. Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan
penutupan wadah : Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa, sehingga
faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya
setelah dilakukan sterilisasi.
Penutupan
kaleng dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng harus sempurna,
sebab kebocoran dapat merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa
dahulu apakah head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan perhitungan.
Setelah ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu dibersihkan jika ada
sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng / wadah. Pencucian
dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2 oC) yang mengandung
larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0 – 1,5 %, kemudian dibilas dengan
air bersih beberapa kali.
3. Sterilisasi (Processing)
Sterilisasi
(Processing) pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta
isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau
mengurangi faktorfaktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan
gejala lewat pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang
digunakan biasanya 121 oC selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis
bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama
sterilisasi yang berbeda, tergantung dari :
• Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan pangan.
Kecepatan penetrasi panas dipengaruhi pula oleh konsistensi bahan
• Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Faktor ini ditentukan oleh jenis bakteri, jumlah bakteri pada saat akan dilakukan sterilisasi dan pH dari bahan pangan.
Pada
umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan pada sayur-sayuran,
daging, atau unggas di atas 100 oC ( pada 121 oC), sedangkan untuk
buah-buahan pada suhu 100 oC.
4. Pendinginan (Cooling)
Apakah Tujuan Pendinginan dan Bagaimana Caranya Melakukan Pendinginan ?
Tujuan Pendinginan :
• mencegah lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan
• mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati
Cara Pendinginan :
Kaleng
/ wadah yang sudah dipanaskan kemudian didinginkan dengan air dingin
sampai suhunya 35 – 40 oC. Pendinginan dapat dilakukan :
# di dalam otoklaf sebelum autoklaf dibuka atau
# di luar otoklaf dengan jalan menyemprotkan air dingin. Air pendingin sebaiknya mengalami khlorinasi terlebih dahulu.
Pendinginan
dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air
yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya
karat dapat dicegah.
Apakah Tujuan dan Syarat Penyimpanan (Storage ) ?
Tujuan
penyimpanan : agar makanan yang dikalengkan tidak berubah kualitasnya
maupun kenampakannya sampai saat akan diangkut / dipasarkan. Suhu
penyimpanan yang dapat mempertahankan kualitas bahan yang disimpan
adalah 15oC. Suhu penyimpanan yang tinggi dapat mempercepat terjadinya :
• korosi kaleng
• perubahan tekstur, warna, rasa serta aroma makanan kaleng
Syarat-syarat penyimpanan yang baik :
1. Suhu rendah
2. RH rendah
3. Ventilasi atau pertukaran udara di dalam ruangan penyimpanan harus baik.
Kerusakan Makanan Kaleng
Pada
umumnya kerusakan utama pada makanan kaleng ditimbulkan oleh kurang
sempurnanya proses termal dan pencemaran kembali sesudah pengolahan.
Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan tiga hal yaitu :
1. Keadaan terlipatnya sambungan-sambungan kaleng
2. Kontaminasi bakteriologisdari air pencuci atau air pendingin.
3. Peralatan pengalengan bekerja kurang baik
Macam-macam kerusakan yang sering dijumpai antara lain :
a. Perubahan Warna
• Warna produk yang dikalengkan menjadi pucat.
• Warna produk menjadi hitam/coklat pada permukaan makanan
• Perubahan warna karena adanya tembaga, besi dan timbal
b. Kerusakan karena Sulfida
Beberapa jenis bakteri termofil ternyata dapat membentuk gas H2S. Kaleng tidak menjadi cembung dan tetap vakum, ditemukan pada makanan kaleng dari jagung, kacang polong, bayam, asparagus.
c. Flat Sours
Flat
sours disebabkan oleh bakteri yang membentuk asam, tetapi tidak
menimbulkan gas. Bakteri ini termasuk fakultatif anaerob. Kaleng tetap
datar/cekung. Jenis ini sukar diperiksa, karena baru diketahui setelah
kalengnya dibuka.
d. Penggembungan Kaleng
Penyebabnya
adalah bakteri-bakteri yang membentuk gas. Organisme yang tidak
membentuk spora dalam bahan makanan yang asam termasuk tipe fakultatif
atau obligat aerob. Dalam makanan yang tidak asam, swell tersebut
disebabkan bakteri obligat anaerob. Penggembungan kaleng dapat
disebabkan karena timbulnya gas CO2 atau H2. Isi kaleng dapat mengalami
perubahan warna, rasa, dan terbentuk senyawa yang berbau tidak sedap.
Pada kaleng yang berisi buah-buahan, dapat terjadi penggembungan kaleng
karena adanya reaksi asam dari buah-buahan dengan senyawa logam dan
menghasilkan H2.
Proses
ini berjalan sangat lambat, baru terlihat setelah beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Kerusakan ini terutama terjadi pada makanan yang asam.
Penggembungan kaleng dapat pula terjadi karena pengisian kaleng terlalu
penuh (over filling), sehingga waktu disterilkan kaleng menjadi gembung.
Meskipun demikian makanan kaleng ini tidak rusak.
e. Lain-lain
Hal
ini disebabkan adanya kebocoran kaleng, sehingga kaleng menjadi kurang
vakum. Sayuran dapat menjadi liat atau keras, karena air yang digunakan
ialah air sadah atau banyak mengandung garam kalsium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar