Latar Belakang
Saat
ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah teknik
pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa
menggunakan bahan pengawet. Industri-industri pengolahan pangan juga
berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk.
Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan
atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya.
Pengemasan
atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas
sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan
laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia,
mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP
banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran
segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat).
Saat
ini MAP telah berkembang dengan sangat pesat, hal ini didorong oleh
kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat menghasilkan kemasan dengan
permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2, CO2,
etilen dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa MAP
merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode kemasan
aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan.
Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan
dari segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan
terbaru dalam industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik
kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang
dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima
dan sesuai untuk sistem distribusi.
Modified Atmosfer Packaging (MAP)
Saat
ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah
teknik pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami
dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Industri-industri
pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan
keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang
modern mencakup termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP),
pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging,
bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu
bahan sebagaimana bahan alaminya. Pengemasan atmosfir
termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan
kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju
respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi
kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP banyak
digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar
serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat).
Saat
ini MAP telah berkembang dengan sangat pesat, hal ini
didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat
menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta
tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen dan
air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa MAP merupakan
satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode kemasan
aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan
pangan. Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru,
tetapi keuntungan dari segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik
ini merupakan perkembangan terbaru dalam industri kemasan bahan
pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal
(relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan,
mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem
distribusi.
Gambar Contoh Pengemasan Aktif (Safetechnopack, 2011)
Modified
atmosphere packaging adalah suatu teknologi pengemasan yang dilakukan
pada produk pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur simpan
produk pangan tersebut. MAP umumnya menghalangi pergerakan udara,
memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan
meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan. MAP dapat
digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit kemasan
konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan
membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup (seperti kantong polietilen
yang tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan campuran komposisi
atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum,
penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon
dioksida akan bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. Pemilihan film
polimerik terbaik untuk setiap komoditi/kombinasi ukuran kemasan
tergantung pada permeabilitas film dan laju respirasi pada kondisi
waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan. Penyerap oksigen, karbon
dioksida dan/atau etilen dapat digunakan dalam kemasan atau kontainer
untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan.
Jenis
plastik yang digunakan dalam metode pengemas Modified Atmosfer
Packaging (MAP) adalah plastik jenis LDPE (Low Desity Polyethilene),
HDPE (High Density lyethilene), PVC (Polyvinylcholride) dan PP
(Polypropylene).
Pengemasan Aktif
Pengemasan
aktif adalah suatu konsep inovatif yang mengubah kondisi pengemasan
untuk memperlama masa simpan atau meningkatkan penampakan dan
keselamatan produk, dan sekaligus mempertahankan mutu produk tetap
tinggi. Dilihat dari tidak-adanya pengendalian (aktif) komposisi udara
di dalam kemasan, pengemasan aktif (active packaging) tergolong ke dalam MAP.
Istilah lain dari kemasan aktif (active packaging) adalah
smart, interactive, clever atau intelligent packaging. Defenisi
dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah
indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif
perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai
kemasan
interaktif
karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan
yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah
untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :
- bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)
- bahan penyerap atau penambah (generator) CO2
- ethanol emiters
- penyerap etilen
- penyerap air
- bahan antimikroba
- heating/cooling
- bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor
- pelindung cahaya (photochromic)
Kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu :
- time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan
- indikator O2
- indikator CO2
- indikator physical shock (kejutan fisik)
- indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang
dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis dan/atau kerusakan mikroba pada
bahan pangan.
Absorber Oksigen
Absorber
oksigen umumnya digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan
pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap
(sliced ham dan sosis), cakes dan roti dengan umur simpan
panjang, produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan, kopi, herba
dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber O2 memberikan
keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap
oksigen dan cahaya seperti produk bakery dan pizza, daging ham
yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna merupakan
masalah utamanya.
Keuntungan penggunaan absorber oksigen sama dengan keuntungan dari MAP
yaitu dapat mengurangi konsentrasi oksigen pada level yang sangat
rendah (ultra-low level), suatu hal yang tidak mungkin diperoleh
pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang tinggi di dalam
kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan
nilai gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan
warna) serta mempercepat reaksi oksidasi lemak yang menyebabkan
ketengikan pada bahan pangan berlemak.
Bahan penyerap oksigen secara aktif akan menurunkan konsentrasi
oksigen di dalam head-space kemasan hingga 0.01%, mencegah
terjadinya proses oksidasi, perubahan warna dan pertumbuhan
mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi, maka absorber
juga dapat menyerap oksigen yang masuk ke dalam head-space kemasan
melalui lubang-lubang dan memperpanjang umur simpan bahan yang
dikemas.
Keuntungan lain dari penggunaan absorber oksigen adalah biaya
investasinya lebih murah dibandingkan biaya pengemasan dengan gas.
Pada dasarnya untuk pengemasan aktif hanya dibutuhkan sistem
sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan
untuk kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang
biasanya memerlukan investasi peralatan yang besar. Sebaliknya,
kelemahan dari kemasan aktif adalah kemasan ini visible (sachet atau
labelnya terlihat jelas) sedangkan pada kemasan gas, maka gasnya tidak
terlihat
Absorber
oksigen yang tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron
powder), dimana 1 gram besi akan bereaksi dengan 300 ml O2.
Kelemahan dari besi sebagai absorber oksigen adalah tidak dapat
melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen
berupa asam askorbat atau enzim.
Ukuran
penyerap oksigen yang digunakan tergantung pada jumlah oksigen
pada head-space, oksigen yang terperangkap di dalam bahan pangan
(kadar oksigen awal) dan jumlah oksigen yang akan masuk dari
udara di sekitar kemasan selama penyimpanan (laju transmisi oksigen
ke dalam kemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang
diharapkan dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif
jika digunakan pada kemasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen,
karenajika tidak maka absorber ini akan cepat menjadi jenuh dan
kehilangan kemampuannyauntuk menyerap oksigen.
Bahan penyerap O2 seperti asam askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke
dalam polimer dengan permeabilitas yang sesuai untuk air dan
oksigen seperti polivinil klorida (PVC) , sedangkan polietilen dan
polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap air.
Bahan Penyerap dan Penambah Co2 (Absorber Dan Emitters Co2)
Absorber CO2 terdiri dari asam askorbat dan besi karbonat
sehingga mempunyai fungsi ganda dapat memproduksi CO2 dengan volume yang
sama dengan volume O2 yang diserap. Hal ini diperlukan untuk
mencegah pecahnya kemasan, terutama pada produk-produk yang
sensitif terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 yang mendadak
seperti keripik kentang. CO2 yang dihasilkan dapat larut di dalam fase
cair atau fase lemak dari produk, dan ini akan mengakibatkan
terjadinya perubahan flavor. Penggunaan lain dari adsorber dan
generator CO2 ini adalah pada kopi bubuk. Kopi yang di sangrai
(roasted) dapat mengeluarkan sejumlah CO2, dan mengakibatkan
pecahnya kemasan karena peningkatan tekanan internal. Reaktan yang
biasanya digunakan untuk menyerap CO2 adalah kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dengan aktivitas air yang cukup, yang dapat bereaksi dengan
CO2 membentuk kalsium karbonat.
Absorber Etilen
Etilen
adalah hormon tanaman yang dihasilkan selama pematangan buah dan
sayuran. Etilen dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap
produk segar, karena etilen akan mempercepat proses pematangan pada
produk seperti pisang dan tomat, sehingga produk menjadi cepat
busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat
menghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan
warna kuning yang merata, dan penampilannya lebih baik. Secara umum,
etilen merupakan bahan yang tidak diinginkan untuk penyimpanan
produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari lingkungan
penyimpanan, hal ini disebabkan karena :
- dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan produk
- dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan
jaringan dan kebusukan buah.
- Mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan kerusakan-
kerusakan pasca panen lainnya.
Penyerap
etilen yang dapat digunakan adalah potasium permanganat (KmnO4), karbon
aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan
yang paling banyak digunakan adalah kalium permanganat tang diserapkan
pada silika gel. Permanganat akan mengoksidasi etilen membentuk etanol
dan asetat. Bahan penyerap etilen ini mengandung 5% KmnO4 dan
dimasukkan ke dalam sachet untuk mencegah keluarnya KmnO4 karena KmnO4
bersifat racun.
Absorber Air Dan Uap Air
Akumulasi air pada kemasan dapat disebabkan oleh transpirasi
produk hortikultura, keluarnya air dari jaringan pada daging atau
fluktuasi suhu pada kemasan yang kadar airnya tinggi. Adanya air
pada kemasan dapat memacu pertumbuhan mikrobia serta terbentuknya
kabut pada permukaan film kemasan, sehingga air dan uap air yang
ada pada kemasan harus keluarkan.
Lapisan absorber untuk uap air (Drip-absorber pad) biasanya
digunakan untuk pengemasan daging dan ayam, terdiri dari
granula-granula polimer superabsorbent di antara dua lapisan polimer
mikroporous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim.
Absorber ini akan menyerap air serta mencegah perubahan warna
dari produk dan kemasan. Polimer yang sering digunakan untuk
menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari pati.
Polimer superabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya
sendiri. Alat yang sama dengan skala yang lebih besar
digunakan untuk menyerap lelehan es pada transportasi ikan segar dan
hasil laut lain melalui udara.
Penurunan kelembaban relatif di sekitar kemasan akan menurunkan
aktivitas air di permukaan bahan pangan, sehingga dapat
memperpanjang umur simpannya. Kondisi ini dapat diperoleh dengan
cara menyerap air dalam bentuk fase uapnya sehingga penggunaan
humektan lebih efektif daripada polimer superabsorbing. Perusahaan
Showa Denko Co., di Jepang telah mengembangkan film (Pichit)
yang dapat menyerap uap air dan digunakan untuk rumah tangga.
Film ini dilaminasi dengan propilen glikol dan polivinil alkohol
(PVA). Film PVA akan menahan glikol tapi permeabilitasnya terhadap
air sangat tinggi. Bahan pangan dibungkus di dalam selofan
kemudian dimasukkan ke dalam kantung Pichit dan disimpan dalam
refrigerator. Perbedaan aktivitas air antara bahan pangan dan glikol
berarti bahwa air ditarik dari permukaan bahan pangan dan
diabsorbsi oleh film. Pengaruh yang diinginkan, misalnya
mengeringnya permukaan biasanya akan terjadi dalam waktu 4-6 jam. Masa
simpan ikan yang disimpan dikemas dengan bahan penyerap air ini 3-4 hari
lebih panjang dari pada ikan yang dikemas tanpa penyerap air. Kantung
Pichit dapat digunakan kembali yaitu untuk 10 kali penggunaan
setelah bahan yang dikemas dikeluarkan dengan cara mencuci kantung di
dalam air dan dikeringkan.
Penambahan bahan anti kabut (anti fog) yang dicampur dengan resin
polimer sebelum proses ekstrusi dapat mencegah timbulnya kabut dan
embun di permukaan kemasan. Bahan amfifilik akan menurunkan
tegangan permukaan di antara polimer dan konsendasi air, akibatnya
tetesan air akan menyebar sebagai lapisan tipis yang transparan
di permukaan film polimer. Konsumen akan dapat melihat dengan
jelas produk yang ada di dalamnya, tetapi air masih tetap ada
dan berpotensi untuk menyebabkan kebusukan. Oleh karena itu,
perlakuan ini hanya digunakan untuk memperindah bentuk kemasan aktif
tapi tidak untuk memperpanjang masa simpannya.
Ethanol Emitters
Etanol
digunakan sebagai bahan pengawet selama berabad-abad lamanya. Pada
konsentrasi yang tinggi etanol dapat mendenaturasi protein dari
kapang dan ragi sehingga dapat bersifat sebagai antimikroba
walapun pada dosis yang rendah. Penyemprotan etanol pada bahan
pangan sebelum dikemas dapat memberikan pengaruh yang baik, tetapi
pada beberapa kasus pemberian etanol yang dimasukkan ke dalam sachet
sehingga dapat mengahsilkan uap etanol lebih baik dari pada
penyemprotan etanol.
Etanol
emitters dengan nama dagang Ethicap terdiri dari campuran etanol
dan air yang dijerap pada bubuk silika oksida, dan dimasukkan
ke dalam sachet yang terbuat dari kertas dan kopolimer etil vinil
asetat (EVA). Bau alkohol dapat ditutupi dengan penambahan flavor
seperti vanila, pada sachet. Ukuran sachet tergantung pada aktivitas
air (aw) bahan pangan dan masa simpan yang diinginkan dari produk.
Keuntungan
generator uap etanol adalah memperpanjang umur simpan,
menghambat proses staling pada produk bakery, dan mencegah tumbuhnya
mikrobia. Ethanol emitters dimasukkan ke dalam kemasan segera
setelah proses pembakaran (baking) dan pendinginan dengan kondisi yang
steril.
Kelemahan
dari penggunaan uap etanol untuk tujuan pengawetan adalah
pembentukan aroma yang tidak diinginkan pada bahan pangan,
absorpsi dari head space oleh bahan pangan, pada beberapa kasus
konsentrasinya pada produk meningkat 2 kali dari konsentrasi awal
sehingga menimbulkan masalah dalam standard mutu. Jika sebelum
dikonsumsi produk dipanaskan terlebih dahulu dengan oven, maka
etanol yang terakumulasi sebagian besar akan diuapkan. Oleh karena itu
produk yang mengandung ethanol emitters hendaknya dipanaskan
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Modifikasi komposisi udara
Komposisi
dari udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Baik kandungan oksigen, karbon
dioksida dan ethylene, saling mempengaruhi metabolisme komoditi.
Komposisi udara secara normal terdiri dari O2 (20%), CO2 (0.03%), N2 (78.8%).
Dengan melakukan modifikasi atmosphere di sekitar komoditi tersebut
dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap komoditi tersebut.
Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbon dioksida (CO2).
Oksigen dalam udara tidak dapat dihilangkan sama sekali dari
atmosphere, karena adanya oksigen masih diperlukan untuk menjaga
berlangsungnya metabolisme secara normal. Di bawah 1 – 3% oksigen,
banyak komoditi justru mengalami banyak kerusakan. Demikian halnya
dengan konsentrasi CO2. batas toleransi komoditi terhadap
gas-gas tersebut bervariasi. Berbagai jenis kantong plastik yang
memiliki bagai derajat permeabilitas terhadap uap air dan gas, dapat
digunakan untuk penyimpanan MA. Teknik mana sebetulnya telah berkembang
sejak tahun 1940. dan kini kantong plastik dengan beberapa jenis
ketebalan, densitas serta permeabilitas dapat dipilih untuk menjaga
susunan komposisi atmosphere disekitar produk yang dikemas tersebut.
Modified
Atmosphere Packaging (MAP) adalah salah satu cara pengemasan untuk
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap komoditas
yang disimpan agar kesegaran dan warna produk dapat dipertahankan sampai
produk di tangan konsumen. Modified atmosphere dilakukan dengan
mengatur komposisi udara di sekitar bahan yang berbeda dengan komposisi
udara atmosfir. Modifikasi tersebut dapat berupa penurunan persentase
oksigen dari 21% menjadi 0%, penurunan persentase oksigen ini bertujuan
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme aerob dan juga untuk
memperlambat proses oksidasi. Modifikasi ini dilakukan dengan cara
menggantikan gas diudara dengan nitrogen sebagai gas inert (tidak
bereaksi) sehingga udara dalam kemasan terdiri dari 100% gas nitrogen.
memperlambat proses oksidasi. Modifikasi lainnya adalah dengan cara
menggunakan campuran 20% karbon dioksida (CO2) dan 80% gas
nitrogen. Karbon dioksida akan menurunkan pH produk sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri, karena kebanyakan bakteri bersifat tidak
tahan akan asam atau pH rendah. Misalnya pada pengemasan daging segar.
Modifikasi tersebut dapat memperpanjang kesegaran produk, akan tetapi
tanpa adanya oksigen warna cerah merah daging kurang dapat
dipertahankan. Oleh karena itu digunakan campuran gas yang terdiri dari
60%-70% gas karbon dioksida, 30%-40% gas nitrogen, dan 0,3%-0,5% gas CO
(CO2 tinggi /CO rendah). Gas CO akan berikatan dengan Fe
dalam senyawa heme dari myoglobin dan membentuk carboksimioglobin yang
berwarna merah cerah globin cincin-tetrapyrrole- Fe2+(CO).
Carboksimioglobin ini lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan
oxymioglobinkarena ikatan antara Fe-CO lebih kuat dibandingkan dengan
Fe-O2. Dengan demikian carboksimioglobin yang berwarna merah
cerah dapat bertahan lebih lama. MAP ini merupakan rahasia keawetan
daging segar karena memberikan kondisi anaerob sekaligus memberikan
warna merah cerah. Cara ini sudah dipakai secara luas untuk pengemasan
produk daging segar maupun daging olahan serta dapat mempertahankan
jumlah hitung mikroba tetap rendah selama 11 sampai 21 hari lamanya pada
suhu penyimpanan optimal 40°C . Gas CO dalam modified atmosphere
packaging dinyatakan aman oleh FDA (Komisi Eropa Dirjen Perlindungan
Kesehatan dan Konsumen).
Meskipun
demikian ada satu hal sangat penting yang harus diingat dan dilakukan
dengan cermat dalam praktek modified atmosphere packaging yaitu menjaga
suhu penyimpanan dan saat transport pada 40°C karena peningkatan suhu
dapat menyebabkan perubahan jumlah mikroorganismeyang tumbuh pada daging
segar. Untuk memastikan keamanan produk daging yang dikemas dengan
modified atmosphere packaging, maka sejak penyembelihan, pengepakan
dengan modified atmosphere packaging, distribusi, dan pada tingkat
pengecer harus dijaga dan dilakukan praktek penanganan dan higienitas
yang baik. Bila hal ini tidak dilakukan maka modified atmosphere
packaging kemungkinan tidak memberikan hasil seperti yang telah
dijelaskan. Modified atmosphere packaging kemudian dikembangkan lebih
lanjut dengan memodifikasi bahan pengemas yang dipakai. Penambahan
ekstrak rosemary yang dikenal sebagai antioksidan kedalam lapisan tipis
polypropylene dapat mempertahankan potongan steak daging sapi tetap
merah cerah dan segar sampai sekitar 14 hari pada suhu lemari dingin
seperti di supermarket supermarket. Dapat pula dilakukan penambahan
bacteriosin, enzim laktoperoksidase, atau ekstrak herbal kedalam “edible
film” seperti alginate. Pelapis alginate dikembangkan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang menginginkan produk alami. Pengembangan bahan
pengemas lainnya adalah menggunakan teknologi partikel nano dimana
ketebalan bahan pengemas dibentuk dalam ukuran nanometer swhingga
menurunkan permeabilitas gas, meningkatkan kekeuatan pengemas, dan lebih
ringan. Koekstruksi ethylene-co-acrylyc acid (EAA) dengan polyethylene
oxide (PEO) menghasilkan komposit dimana didalamnya terbentuk lapisan
tunggal kristal PEO dengan ketebalan 20 nm yang dapat menurunkan
permeabilitas gas sampai 100 kali. Pelapisan PEO yang mengandung perak
(Ag) pada plastic PE dapat menghambat pertumbuhan Alicylobacillus
acidoterrestris yang umumnya tumbuh pada produk pangan berasam rendah.
Indikator O2 dan CO2
Permeabilitas
kemasan terhadap gas merupakan sifat penting dalam pemilihan jenis
kemasan. Jika terjadi kebocoran pada kemasan, maka modifikasi atmosfir
di sekitar kemasan yang sudah dibuat optimal sesuai dengan kebutuhan
produk, akan rusak, karena gas akan masuk ke dalam kemasan, dan mutu
produk pangan menjadi menurun. Oleh karena itu terjadinya kebocoran pada
kemasan harus dapat dideteksi untuk menghindari terjadinya kerusakan
produk.
Pada
kemasan dengan konsentrasi CO2 yang tinggi, kebocoran berarti
terjadinya peningkatan konsentrasi O2 dan penurunan konsentrasi CO2 di
dalam kemasan, dan ini dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba perusak.
Untuk dapat meningkatkan mutu dan keamanan pangan, maka perlu dilakukan
pengendalian kerusakan melalui deteksi kebocoran pada kemasan.
Indikator
O2 yang tersedia secara komersial umumnya berbentuk label warna yang di
lamiansikan pada film polimer atau tablet. Indikator ini akan bereaksi
dengan O2 yang masuk ke dalam kemasan melalui lubang kemasan yang bocor,
atau digunakan sebaagi absorber O2 sehingga semua O2 yang masuk ke
dalam kemasan akan diserap. Indikator O2 yang paling banyak digunakan
adalah Ageless-Eye (diproduksi oleh Mitsubishi Gas Chemical Co.,
Jepang), yang berupa O2 scavenger, dan akan berwarna pink jika tidak ada
oksigen di lingkungan tersbeut (<0.1%) dan berwarna biru jika O2
lebihd ari 0.5%.
Indikator
O2 dapat digunakan untuk memastikan bahwa produk sudah dikemas secara
benar. Tetapi, alat ini mempunyai kekurangan di dalam distribusi, karena
kebanyakan indikator O2 sangat sensitif terhadap O2 dari kemasan gas
dan perubahan warnanya bersifat dapat balik (reversible). Indikator ini
dapat bereaksi dengan sisa O2 yang ada di dalam kemasan, atau alat ini
menunjukkan tidak ada O2, karena oksigen yang ada telah digunakan oleh
mikroba perusak untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu perubahan warna
dari indikator harus tidak dapat balik (irreversible). Tipe visual dari
indikator oksigen terdiri dari : perubahan warna redoks, serta komponen
reduksi dan komponen alkali. Komponen-komponen tersebut misalnya pelarut
(air dan/atau alkohol) dan bulking agent (misalnya zeolit, gel silika,
bahan selulosa, polimer).
Indikator
CO2 diperlukan pada kemasan dengan konsentrasi CO2 yang ditentukan
(bisa untuk menunjukkan konsentrasi CO2 yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Contohnya, indikator CO2 yang terdiri dari 5 strips indikator.
Strips ini terdiri dari bahan yang sensitif terhadap CO2, seperti
indikator anion dan kation liofolik organik. Konsentrasi CO2 ditunjukkan
oleh perubahan warna dari satu atau lebih strips.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2007. Teknologi Pengemasan Aktif. ocw.usu.ac.id/…pengemasan/thp_407_
handout_teknologi_pengemasan_aktif.pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2011.
Anonimous. 2009. Kemasan. www.kemenperin.go.id/asp/pelatihan_ikm/kemasan/kemasan .pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2011.
Anonimous.
2010. Fresh pizza packaging in thermoforming in modified atmosphere
(MAP) in rigid film
http://www.ulmapackaging.com/packaging-solutions/food-packaging/ready-meals.
Diakses tanggal 27 Maret 2011.
Anonimous.2010. Meat Packaging. http://www.pfmusa.com/packaging_meats.htm. Diakses tanggal 27 Maret 2011.
Syarief,
R., dan Ismayana B. 1989. Modified Atmosphere Packaging. repository.ipb
.ac.id/bitstream/handle/123456789/13802/F08sum.pdf?…2. Diakses tanggal
27 Maret 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar